Kreativitas Dakwah di Tengah Masyarakat Modern

Mukadimah

Dunia saat ini tengah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Arus globalisasi yang tak terbendung memberikan berbagai dampak perubahan dalam kehidupan umat manusia secara individu ataupun sosial masyarakat. Sejalan dengan berkembangnya teknologi, mengakibatkan terjadinya perubahan tata nilai dan budaya manusia ke arah tatanan kehidupan yang lebih bersifat rasional dan objektif.

Manusia saat ini lebih mudah mengadopsi nilai-nilai baru menurut pikiran dan pertimbangan logis mereka dan mulai meninggalkan tata nilai atau budaya lama yang bersifat kolot dan kuno. Dahulu masih kita dapati kehidupan manusia yang sangat ‘tunduk’ dengan kondisi alam dan praktek-praktek budaya setempat, namun saat ini alam lah yang berhasil ditundukkan oleh manusia dengan canggihnya inovasi teknologi yang mereka lakukan hingga manusia kini memiliki peran sentral terhadap perubahan apapun yang terjadi di dunia. Manusia saat ini lebih bersifat dinamis terhadap perubahan-perubahan baru dalam kehidupan mereka. Pola interaksi dan komunikasi dunia yang semakin terbuka, ditambah pudarnya sekat-sekat antar negara sebagai ciri utama dari fenomena globalisasi juga turut memuluskan pergeseran tata nilai lama menuju tata nilai baru yang lebih canggih dan modern.

Semua perubahan itu tentu tidak lepas dari peran ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak pernah absen dalam melakukan inovasi baru. Kebaharuan dan kecanggihan kini menjadi nilai yang senantiasa dipromosikan guna menyelesaikan setiap masalah hidup umat manusia sepanjang zaman. Sektor-sektor penting dalam kehidupan manusia mulai dari pendidikan, kesehatan, keamanan, ekonomi, bisnis hingga perpolitikan negara pun tidak luput dari sentuhan teknologi-teknologi baru nan canggih tersebut. 

Peningkatan kualitas kerja dalam bentuk efisiensi dan efektifitvas menjadi sasaran utama penggunaan teknologi canggih di berbagai sektor. Tak terkecuali dalam sektor dakwah. Seiring dengan perkembangan teknologi khususnya teknologi komunikasi dan informasi, dakwah di era modern ini pun turut serta dalam melakukan inovasi yang kreatif. 

Pola dakwah konvensional saat ini secara perlahan mulai bergeser, beralih menuju dakwah yang aktif memanfaatkan berbagai macam media komunikasi dan informasi dengan kecanggihan yang ditawarkan. Belakangan ini, muncul fenomena menarik di negeri kita. Beragam bentuk media komunikasi dan informasi kreatif mulai secara aktif dimanfaatkan untuk menunjang kepentingan dakwah. 

Di media perfilman misalnya, kini mulai marak hadir film-film bernuansakan Islam, yang turut tampil dalam dunia per-bioskop-an Indonesia. Sebut saja yang terbaru film Syurga Yang Tak Dirindukan, data terakhir yang penulis dapatkan, melalui akun Twitter pribadinya, produser MD Pictures Manoj Punjabi mengatakan, film yang mengandung pesan islami itu telah mencapai 1,5 juta penonton di seluruh Indonesia dan berhasil masuk dalam jajaran Box Office. Menyusul film yang telah hadir lebih dulu seperti Assalamu’alaikum Beijing dan Emak Ingin Naik Haji buah karya anak bangsa Asma Nadia yang sarat akan pesan-pesan islam di dalamnya. Tak ketinggalan dengan film 99 Cahaya di Langit Eropa, Ketika Cinta Bertasbih, Ayat-Ayat Cinta, Negeri 5 Menara dan banyak lagi karya-karya perfilman islami lainnya yang telah berhasil mengoptimalkan kecanggihan media perfilman dalam dakwah, hingga akhirnya sukses menyita animo masyarakat Indonesia dari berbagai kalangan. Baik lelaki atau perempuan, tua atau muda, paham atau awam, semua telah berhasil dicuri perhatiannya. 

Belum lagi kita berbicara fenomena dakwah Islam di media komunikasi dan informasi lainnya seperti media cetak (tulisan, novel, majalah) dan elektronik (foto, film, radio, televisi, internet) yang tengah digunakan oleh manusia abad modern, disana juga akan kita dapatkan beragam bentuk kreativitas para da’i dalam mengemas dan menyampaikan nilai-nilai religi Islami melalui karya-karya mereka. Namun, seberapa efektif kah dakwah kreatif dengan pemanfaatan beragam media saat ini?

Dakwah Kreatif sebagai Paradigma Baru, Dakwah Era Modern

“Sampaikanlah dariku, walau hanya satu ayat!“, demikian kalimat tegas yang keluar dari lisan Rasullah Saw. yang mulia. Seuntai kalimat yang sangat terkenal di tengah kalangan umatnya, menunjukkan betapa pentingnya urgensi dakwah Islamiyyah dan acapkali menjadi motivasi utama para da’i untuk tidak segan dan takut dalam menyampaikan ayat-ayat langit kepada setiap makhluk bumi, walaupun itu hanya satu ayat. Kalimat itu pun terus bergulir sepanjang zaman, menjadi ruh semangat para da’i dalam tataran praktisnya di lapangan. Berbagai macam cara ditampilkan. Dari zaman ke zaman. Memiliki ushlub atau metodenya sendiri.

Menelisik kembali sejarah dakwah Islamiyah yang telah terjadi sepanjang sejarah peradaban umat manusia secara garis besar, maka kita dapati fenomena perubahan yang cukup menarik. Di era kenabian, bermula dari turunnya titah dakwah pertama kepada Nabi Nuh As untuk umatnya hingga masa kenabian Rasulullah Saw, dakwah secara aktif disampaikan bi-al-lisan atau dengan metode perkataan atau ucapan. Penyampaian informasi dari pemberi dan penerima dilakukan dengan teknologi yang hadir di zaman itu, yaitu bahasa. Bahasa menjadi sebuah teknologi yang memungkinkan bagi para nabi untuk memberikan pemahaman Islam kepada umatnya. 

Seiring dengan berkembangnya teknologi bahasa, muncul beragam teknologi pelengkap untuk menyampaikan sebuah informasi utuh dalam bentuk gambar, huruf alfabet ataupun angka-angka arabik. Hingga sampai masanya, dakwah dengan teknologi bahasa mulai beralih kepada teknologi tulisan. Selepas wafatnya Rasulullah Saw di tahun 632 M, tepatnya pada masa kepemimpinan Khalifah Utsman bin Affan, bersama para Sahabat kala itu mulai menaruh perhatian yang serius pada dakwah bi-al-qalam atau dakwah dengan tulisan. Penyampaian pesan-pesan Islam yang bersumber dari kitab suci Alquran, dirasa tidak efektif lagi jika hanya sekedar mengandalkan lisan, bahkan sudah sampai tahap sangat menghawatirkan karena adanya reduksi hingga bias informasi yang diterima seiring dengan semakin luas dan beragamnya mad’u atau objek dakwah yang menerima dakwah Islam masa itu. Maka kodifikasi ayat-ayat suci Alquran yang tertanam kuat di hati para sahabat pun di mulai. Bermodalkan tulang, batu dan pelepah kurma sebagai media alas, teknologi menulis di tengah kalangan para sahabat pun mulai aktif menggeliat. 

Penyebaran Islam semakin masif. Hausnya umat dari golongan arab ataupun ajam (non-arab) terhadap ilmu Islam, membuat semangat penggunaan teknologi menulis diteruskan oleh para da’i di era tabi’in dan tabi’ut tabi’in. Mulai dari ilmu Alquran, hingga kodifikasi hadits dan ilmu-ilmu turunannya. Nama-nama da’i yang santir kita dengar di dunia Islam seperti Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Syaf’i, Ibnu Hajar al-Atsqalani, Imam An-Nawawi, Ibnu Sina, Ibnu Rusyd dan da’i-da’i besar lainnya, di tangan mereka karya-karya besar yang memperkaya khazanah ilmu di dunia Islam terlahir dengan aktifnya mereka memanfaatkan teknologi penulisan dan penerjemahan ke beragam bahasa dunia saat itu. Puncaknya, dakwah Islam mendunia hingga mencapai dua pertiga daratan bumi ini.

Di era modern saat ini, terjadi banyak perubahan yang signifikan dibandingkan dengan zaman sebelumnya. Perkembangan teknologi khususnya teknologi komunikasi dan informasi, menjadi karakteristik utama zaman yang kita ditakdirkan terlahir di dalamnya. Pesatnya kemajuan teknologi tersebut, ditandai dengan derasnya arus informasi yang diterima, membuat manusia saat ini menjadi sangat haus dengan informasi. Mesin pencari google menerima lebih dari 4 juta pencarian informasi di dunia setiap menitnya. Komunikasi silang negara sudah sedemikian mudah dan lumrah. Informasi sudah sangat mudah diproduksi dan didistribusikan. Setiap detiknya jutaan informasi-informasi baru selalu dimuat di bank data dunia. Hanya dengan menekan satu jari saja di atas tuts keyboard komputer, beragam informasi yang juga memuat beragam tata nilai asing di dalamnya bisa dengan mudah diterima dan dikonsumsi oleh jutaan hingga miliyaran umat manusia. Dari ufuk timur hingga ufuk barat dunia. Secara luas dan sangat cepat. Hingga dunia seperti terasa dalam satu genggaman.

Dalam konteks dakwah Islamiyyah, informasi memiliki kedudukan yang sangat strategis sebagai sarana untuk mendistribusikan nilai-nilai Islam kepada umat manusia. Informasi yang berkembang diharapkan membawa pesan-pesan kebenaran bukan malah pesan-pesan yang menyimpang dan menyesatkan. Untuk menghadapi itu, maka perlu adanya rekonstruksi pola dan sistematika dakwah yang dilakukan oleh para dai dalam menyampaikan pesan-pesan Islam (nasyrul fiqrah) di era modern saat ini. Mengubah pola lama yang terkesan sangat verbalistik-konservatif, beralih pada pola dan sistematika baru yang tampil lebih segar dan kreatif. Tidak hanya mencukupkan diri dengan berkhutbah di masjid/ mushola, kantor-kantor, sekolah dan lembaga formil lainnya. Tujuan sederhananya adalah agar dakwah Islamiyyah ini mampu bersaing. Memiliki daya saing yang unggul dibandingkan dengan seruan-seruan lainnya yang menyimpang dan menyesatkan, hingga akhirnya dakwah ini berhasil ‘mencuri’ perhatian umat manusia di dunia yang tengah mengalami panic attack menghadapi ledakan informasi-informasi baru yang semakin tak terbendung.

Semarak Dakwah Kreatif dan Dampaknya

Kreativitas yang bermakna suatu hal yang baru, berbeda, memiliki nilai tambah dan modern, buah dari keterampilan atau pembiasaan, sudah semestinya menjadi proses berpikir yang tidak luput dari para da’i yang akan menyampaikan konten-konten Islami. Berpikir bagaimana cara yang efektif agar materi Islam yang akan disampaikan bisa tersampaikan dengan hikmah dan mudah dipahami (Q.s. An-Nahl: 125) oleh para mad’u atau objek dakwah. Dan kreativitas setiap da’i dalam berdakwah, bertumpu pada dua hal tersebut: penuh hikmah dan mudah dipahami.

Fenomena menarik yang terjadi di negeri kita akhir-akhir ini, cukup banyak pemuda Islam yang mulai berani tampil ke permukaan menggawangi sebuah perubahan melalui dakwah kreatif yang berhasil mereka lakukan. Mereka telah mencoba masuk ke berbagai sektor yang ada di tengah aktivitas masyarakat masa kini yang sangat beragam dan dinamis, dan dengan berani mewujudkan ide-ide kreatif mereka dengan memanfaatkan beragam macam media yang tengah berkembang pesat. Pesan Islam mereka tampilkan dengan sangat elegan menggunakan media cetak dan juga elektronik. 

Belakangan ini, seiring berkembangnya dunia percetakan, cukup banyak para asatidz/ah yang berani menyuarakan nilai-nilai keislaman dalam bentuk buku ataupun Novel. Sebut saja Habiburrahman El Shirazy dengan karya fenomenalnya seperti Ayat-Ayat Cinta yang sukses menyita perhatian publik, dan memberikan angin segar berupa respon positif masyarakat terhadap karya tulis novel Islami. Diterbitkan tahun 2004 lalu oleh Penerbit Basmala dan Republika. Novel ini telah mengalami cetak ulang puluhan kali hingga menembus angka penjualan tertinggi 400.000 eksemplar. Begitu tingginya animo pembaca, hingga akhirnya novel ini tidak hanya dicetak ulang, tapi juga dibuat versi filmnya dan ditonton oleh 3,5 juta orang. 

Disusul oleh novelis islami ternama negeri ini Asma Nadia dengan puluhan karya novelnya yang laris di pasaran seperti Surga yang Tak Dirindukan dan Assalamu’alaikum Beijing! yang kemudian diadaptasi dan diangkat dalam layar lebar, hingga akhirnya berhasil menyedot perhatian mencapai jutaan umat Islam. Menyusul juga buah karya Tere Liye, Ahmad Fuadi, dan Rindu Ade. Tidak mau ketinggalan ada Felix Siauw dengan bukunya ‘Udah Putusin Aja’ yang sangat segmentatif mendakwahkan para muslimah negeri ini, dengan metode promosi yang menarik dengan mempopulerkan hastag #UdahPutusinAja di tengah ramainya media sosial juga melalui event launching dan bedah buku, buku ini berhasil terjual laris dan mencatat rekor sebagai buku dengan penjualan tertinggi dalam sejarah pameran buku di Indonesia, kabar terakhir, buku ini juga akan diadaptasi ke layar lebar. Tak mau kalah ada Salim A. Fillah dengan sejumlah bukunya yang bertemakan harakah dan percintaan Islami yang menjadi santapan lezat bagi para penggiat dakwah, baik ikhwan ataupun akhwat. Ippo Santosa dengan konsep bisnis cerdas dan Islami dan juga Yusuf Mansur yang begitu giat mengajak umat untuk tidak lupa bersedekah melalui buku serialnya. Mereka semua berhasil menyampaikan pesan Islam dalam konsepsi yang kreatif dan sangat menarik. 

Di Jakarta, setiap tahunnya akan diadakan sebuah pameran buku akbar bernama Islamic Book Fair (IBF). Sebuah pameran yang diklaim sebagai pameran buku Islam terbesar di Indonesia bahkan Asia Tenggara. Diselenggarakan sejak tahun 2001 dengan mengumpulkan jumlah penerbit yang masih sedikit, yaitu 75 penerbit, hingga data terakhir pada perhelatan Islamic Book Fair 2015, setidaknya ada 202 stan yang diisi penerbit dengan pengunjung mencapai 410 ribu orang. Chief Executive Officer (CEO) Republika mengatakan, “IBF merupakan syiar Islam yang luar biasa. IBF menampilkan berbagai macam buku Islam, baik fiksi ataupun nonfiksi, melalui IBF kita bisa melihat bahwa sejak beberapa tahun terakhir minat baca umat Islam luar biasa. Hal ini ditunjukan oleh jumlah pengunjung IBF yang selalu melonjak setiap tahun. Dan itu merupakan kunci penting umat Islam untuk meraih kemajuan.” Kini, IBF sudah menjadi destinasi wisata ruhani umat Islam. Dahsyat !

Tak cukup dengan dakwah pena, audio dan visual pun bisa menjadi sarana efektif untuk menyampaikan informasi dakwah. Nasyid. Sebagai salah satu bentuk kesenian Islami dalam bidang seni dan suara, nasyid mengandung kata-kata nasihat, semangat, kisah para nabi dan pujian kepada Allah semesta alam. Nasyid menjadi salah satu jenis musik yang populer di kalangan anak-anak muda yang sampai saat ini masih menjadi sebuah hiburan bermanfaat bagi kalangan anak-anak muda di SMP/A khususnya anak-anak rohis yang mengemban dakwah di sekolah-sekolahnya. 

Seni merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia. Salah satunya musik. Hadirnya nasyid menjadikan musik tidak hanya sebagai hiburan yang dapat menghilangkan stress dan kepenatan, tapi juga sebagai media untuk mengajak pada perenungan dan menambah keimanan. Melihat sejarah perkembangan dakwah Islam di Indonesia, kita dapati juga bahwa para Wali Songo aktif memanfaatkan media seni yang sudah membudaya di negeri kita saat itu. Wayang dan Gamelan dan beberapa media seni lainnya menjadi sarana yang efektif untuk menyampaikan pesan-pesan Islam. Dengan segala kearifan para Wali Songo, menjadikan seni sebagai media dakwah Islam yang terbukti sangat efektif hingga akhirnya Islam tersebar hingga ke seantero nusantara. 

Hingga saat ini, begitu banyak group-group nasyid yang dinikmati tidak hanya dari kalangan tertentu, tapi juga meluas ke berbagai kalangan. Sebut saja Opick dengan lagu Tombo Ati-nya yang melegenda, ada juga Snada (Demi Matahari), EdCoustic (Muhasabah Cinta), Justice Voice (ABeGe), Maidany (Kaca yang Berdebu) dan SIGMA (Senandung Islam Gapai Maghfirah Allah, Istikharah Cinta). Terdapat juga lagu Nasyid bergenre Haroki yang bertemakan semangat perjuangan yang akrab dengan dunia para aktivis dakwah sekolah dan kampus seperti Izzatul Islam (Sang Murabbi, Doa Rabithah), Shoutul Harakah (Bingkai Kehidupan, Bangkitlah Negeriku), Ar-Ruhul Jadid dan sebagainya. 

Di luar sana pun, kita juga mendengar nama-nama penggiat Nasyid seperti Maher Zein, Raef , Sami Yusuf, Irfan Makki yang semakin memperkaya dunia belantika musik di dunia dengan semangat-semangat spiritual. Dakwah secara audio di nusantara juga semakin ramai dengan hadirnya Radio-Radio Islami seperti Radio Muslim dengan taglinenya “Memurnikan Akidah Menebarkan Sunnah”, Radio Rodja 756 AM, Radio As Sunah FM, Radio Ar Royyan dan tidak ketinggalan radio yang hadir dari lingkungan kampus seperti Al-Hikmah Radio Streaming. Dan di dunia pertelevisian, hadir Rodja TV, DaQu TV binaan dakwah Ustadz Yusuf Mansur, PKS TV dan sebagainya. Dengan hadirnya saluran audio dan televisi khusus, dakwah ini mampu dengan segera menjawab kebutuhan umat akan informasi-informasi aktual dan terpercaya terkait tsaqofah atau wawasan keislaman hingga perkembangan dunia Islam secara cepat dan luas. Era munculnya aplikasi media sosial (FB, Twitter, Path, dsb.) dan pesan instan (WA, LINE, BBM) saat ini pun turut dimanfaatkan untuk menyampaikan kajian-kajian Islam secara mudah, cepat dan tanpa batas. Salah satunya yang paling fenomenal adalah lahirnya Komunitas ODOJ (One Day One Juz), yang menyemarakkan dakwah Alquran di tengah-tengah umat yang aktif bermedia.

Beralih ke dunia Teknologi Informasi lainnya. Memahami gejala pemuda saat ini yang tidak pernah lepas dari perangkat gagdet dalam menjalankan aktivitasnya. Membuat para pemuda/i Islam professional juga turut serta dalam mempromosikan Islam melalui layar-layar kaca gadget anak muda. Badr Interactive — http://badr.co.id/ merupakan salah satu startup IT yang mengusung visi meninggikan Islam dengan teknologi, berhasil mengemas dakwahnya dengan sangat kreatif melalui karya-karya yang dibuatnya. Mulai dari Ustadz Badr; aplikasi tausiyah yang mampu memberikan materi-materi KeIslaman penyejuk qalbu pengguna gadget, Lacak Masjid; aplikasi untuk memudahkan seorang muslim dalam melacak masjid yang ada di sekitarnya dan aktivitas kajian apa yang tengah berlangsung di sana, BI Stream Radio, Urban Qurban, Complete Qur’an hingga Learn Qur’an yang semuanya bisa diunduh secara gratis melalui play store pengguna gadget android – silahkan dicek. Dimotori oleh Andreas Senjaya sebagai CEO (Chief Executive Officer), mereka aktif membaktikan ilmu mereka untuk berdakwah dengan teknologi IT. 

Informasi menarik yang penulis terima, pengguna aplikasi ini tersebar tidak hanya di Indonesia, bahkan jumlah penggunanya lebih banyak dari pada pengguna di Indonesia seperti di Nigeria, India, Saudi Arabia dan US. Hadirnya aplikasi-aplikasi Islami di gadget kita, maka Islam bisa tersampaikan dengan mudah, cepat dan luas kepada umat Islam. Gadget yang notabene akan selalu menemani pemiliknya kapanpun dan dimanapun, akan menjadi media dakwah yang efektif untuk setiap kalangan di era modern.

Seperti yang kita lihat dalam beberapa tahun belakangan, dari kalangan akademisi ataupun praktisi tengah memanfaatkan peluang dakwah kreatif melalui berbagai media yang ada, baik media cetak ataupun elektronik. Penulis yakin, dengan masuknya para da’i di berbagai sektor kehidupan, dimulai dengan kesadaran akan pentingnya penggunaan media dan memanfaatkannya sesuai dengan keterampilan masing-masing, akan berdampak pada tersampaikannya pesan-pesan Islami secara luas dan komprehensif. Kreativitas yang dibawa setiap da’i, juga akan menjadi angin segar bagi umat dan akan mampu ‘mencuri’ perhatian dan waktu mereka untuk menyelami pesan-pesan Islami yang kita sampaikan, secara perlahan, dari waktu ke waktu, maka pesan itu diharapkan bisa meresap ke dalam kalbu mereka yang halus, dan menyentuh perasaan mereka dengan sangat lembut, bukan dengan kekerasan dan kekakuan yang bukan pada tempatnya, hingga berujung pada kebosanan untuk menerima nilai-nilai kebaikan.

Kang Abik (sapaan akrab Habiburrahman El-Shirazy), Ketua Komisi Seni dan Budaya Majelis Ulama Indonesia, Penulis Karya Novel Dwilogi Best Seller, “Ketika Cinta Bertasbih”, menjelaskan, “Berdakwah secara kreatif seperti lewat film efektif untuk syi’ar Islam sekaligus menjadi tangangan para ulama di tengah dinamika masyarakat yang kian modern, Ulama harus sadar film bisa juga menjadi sarana dakwah kreatif, itu efektif. Bentuk syiar Islam kini harus terus berinovasi dan disuguhkan dengan baik ke tengah masyarakat. Dengan begitu dakwah akan menarik perhatian dan pesan religi untuk mengajak kebaikan serta mencegah kemungkaran dapat tersampaikan dengan baik. Dakwah kalau disuguhkan dengan baik itu maka bisa memberi manfaat bagi masyarakat. Media itu penting dan bisa menjadi ‘wasilah’ (perantara) pesan Islam”.

Dengan adanya globalisasi, maka kompetisi akan semakin berat. Dalam hal ini penulis berkesimpulan bahwa di era modern saat ini, kreativitas penyampaian dalam dakwah Islamiyyah sudah menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, guna menyampaikan pesan-pesan Islam secara efektif dan yang terpenting mampu ‘mencuri’ perhatian objek dakwah di dunia. Kedepan, bangsa Indonesia akan mendapatkan bonus demografi. Jumlah pemuda dengan usia produktif atau berada di angkatan kerja (15-64 th) pada tahun 2020-2030 akan mencapai 70 persen dari proyeksi total penduduk Indonesia yaitu sebesar 180 juta. Kiranya ini menjadi pekerjaan rumah kita bersama ke depannya, potensi besar ini harus bisa kita optimalkan dengan baik agar menjadi berkah bagi bangsa ini, khususnya bagi Dakwah Islamiyyah. Semakin banyak pemuda yang tersentuh oleh Dakwah Islamiyyah, hingga akhirnya mengkhidmatkan hidupnya untuk kesolehan pribadi dan sosial, maka sebuah ekskalasi perbaikan bangsa atau bahkan peradaban yang madani menjadi suatu hal yang tidak dapat terbendung lagi kedepannya. Tidak mustahil. Tentunya dengan mengoptimalkan potensi pemuda Islam saat ini agar secara aktif dan masif terlibat dalam dakwah kreatif.

Khatimah

Pada akhirnya, telah kita pahami bersama bahwa era modern saati ini memiliki perbedaan yang cukup signifikan dengan era-era sebelumnya. Dampak dari itu semua, membuat kita harus segera beradaptasi dalam merumuskan pola dan sistematika dakwah di tengah-tengah umat. Dakwah kreatif merupakan sebuah paradigma baru dalam dunia dakwah di era modern. Potensi besar yang akan dimiliki pemuda Islam kedepannya, sudah semestinya kita optimalkan dengan baik untuk kepentingan Dakwah Islamiyah. Jika potensi dakwah kreatif oleh para pemuda Islam ini mampu kita optimalkan dalam tataran konsep ataupun praktisnya di lapangan, maka momentum kelahiran peradaban Islam yang madani bukan lagi menjadi utopia. Berkiprahlah! Berkiprahlah wahai pemuda dalam dakwah kreatif agar kita dapat menghilangkan dahaga Umat Islam saat ini atas metode-metode yang berbuah kebosanan yang mungkin justru menjauhkan masyarakat dari kebenaran.

Allahu a’lam.

Sumber: dakwatuna.com
Penulis: Muhammad Angga Muttaqien, Pengurus Young Islamic Leader (Yi-Lead), Jakarta.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Kreativitas Dakwah di Tengah Masyarakat Modern"

Posting Komentar