3 (Tiga) Tingkatan Penuntut Ilmu

tiga tingkatan ilmu,tiga tahapan pencari ilmu,tahapan dalam menuntut ilmu,tingkatan ilmu menurut ulama,belajar ilmu itu mempunyai tingkatan
Dalam ajaran islam, menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan, anak-anak atau orang dewasa maupun orang tua, dimanapun dan kapanpun, selama hayat dikandung badan.

Betapa mulianya orang yang berilmu, bahkan Allah Swt. menjanjikan akan memberikan keutamaan/kemuliaan dengan mengangkat derajat orang yang berilmu. Sebagaimana firman-Nya:

"...Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat...” (QS. Al-Mujadalah: 11).

Syeikh Ahmad al-Musthafa al-Maraghi menjelaskan, makna dari ayat tersebut adalah bahwa Allah Swt. akan meninggikan orang-orang yang diberikan ilmu di atas imannya kepada Allah Swt. dengan banyak tingkatan (derajat), atau meninggikan orang-orang yang berilmu dari kalangan orang-orang beriman secara khusus dengan banyak tingkatan karomah dan ketinggian martabat.

Menurut Umar bin Khatab, ada 3 (tiga) tahapan/tingkatan dalam menuntut ilmu, yakni:

1. Memasuki tingkat pertama, dia akan sombong (takabbur);

2. Memasuki tingkat kedua, dia akan rendah hati (tawaddu);

3. Memasuki tingkat ketiga, dia akan merasa dirinya tidak ada apa-apanya.

Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa Penuntut Ilmu itu memiliki beberapa kriteria/tahapan/tingkatan, yaitu:

1. 
Memasuki tingkat pertama, dia akan sombong (takabbur).

Yang dimaksud dengan sombong bagi peringkat pertama diatas ialah dia merasa bahwa dirinyalah yang paling tahu banyak hal, merasa paling berpengalaman dan lain sebagainya, sehingga terkadang dia pun merasa dirinyalah yang paling benar dan hebat serta menganggap orang lain salah, disebabkan karena pendapat/pandangan orang lain tidak sama dengan pandangan/pendapat diri atau golongannya, sehingga menjadi angkuh dan besar diri dengan ilmu yang dimiliki.

Disadari atau tidak, di antara kita pasti pernah ada yang merasakan kesombongan karena ilmu. Sombong dalam mencari ilmu ini misalnya saat kita mendengar sesuatu yang baru, lalu kemudian sudah merasa sangat memahaminya, padahal belum mendalami sepenuhnya.

Sombong dalam mencari ilmu harus kita hindari karena yang pantas untuk sombong hanya Allah yang Maha Mengetahui. 

Firman Allah Swt.:

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri” (QS. Luqman:18).

Sabda Rasulullah Saw.:

“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan walau sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain“ (HR. Muslim).

Imam Dzahabi r.a. berkata:

“Kesombongan yang paling buruk adalah orang yang menyombongkan diri di hadapan manusia dengan ilmunya, merasa dirinya besar dengan kemuliaan yang dia miliki. Bagi orang tersebut tidak bermanfaat ilmunya untuk dirinya..."

2. Memasuki tingkat kedua, dia akan rendah hati (tawaddu).

Berikutnya adalah, tingkatan kedua yang lebih tinggi derajatnya dari tingkatan pertama, yakni orang yang tawaddu (rendah hati). Saat seseorang sudah semakin banyak ilmunya, biasanya ia akan semakin rendah hati dan lebih bijak dalam menyikapi suatu masalah. 
Analogi umum dalam menggambarkan fase pencari ilmu ini adalah seperti filosofi padi, "semakin berisi, semakin merunduk", 

Dia merendahkan hati dengan ilmu yang dimiliki walau sudah banyak ilmu dan pengalaman. Karena ilmu dan pengalaman yang banyak itulah yang menyebabkan dia faham tentang hakikat ilmu, dia akan merasa masih banyak hal yang belum dia ketahui dan itu membuat dia lebih tawadu yang dalam hatinya sudah tidak ada lagi rasa sombong, bahkan dia lebih merendahkan hatinya terhadap orang lain meski telah banyak ilmu yang tersimpan di dalam dadanya. Dia senantiasa santun dan ramah, bijaksana dalam berbicara, bersikap, bertutur dan bertindak, serta bijaksana dalam menentukan keputusan suatu perkara dan tidak merasa dirinya atau golongan/kelompoknya yang paling benar.

Sabda Rasulullah Saw.:

"...Dan tidak ada orang yang tawaddu (rendah hati) karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya” (HR. Muslim).

3. 
Memasuki tingkat ketiga, dia akan merasa dirinya tidak ada apa-apanya.

Yang terakhir adalah yang paling tinggi tingkatannya dari tingkatan pertama dan kedua, yaitu tahapan dimana seseorang yang semakin berilmu dia semakin merasa tidak ada apa-apanya meskipun ilmu yang dimilikinya telah memenuhi tiap ruang di dadanya, semakin merasa kecil. Karena di tahapan ini dia merasa ilmu itu seperti lautan yang begitu luas. Ketika dia mendapat satu ilmu, maka di dalam dirinya akan merasa kurang, dia haus akan ilmu dan bahkan mengabdikan seluruh hidupnya untuk terus belajar dan belajar meraih ilmu sebanyak-banyaknya, karena dia telah mengetahui hakikat ilmu dengan sempurna, semakin jelas di hadapan mata dan hatinya. Di fase ini, seseorang akan sadar bahwa ilmu yang diberikan Allah tidak ada habisnya.

Semakin banyak pintu dan jendela ilmu yang dibuka, semakin banyak pula didapati pintu dan jendela ilmu lainnya yang belum dibuka. Karena ilmu Allah itu begitu besar dan luas, bahkan sangat besar dan luas sekali, tak terhingga dan tak bertepi. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Luqman ayat 27:

"Seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah".

Semoga kita semua selalu diberikan kesehatan dan kekuatan untuk selalu terus belajar dan menuntut ilmu, dimanapun dan kapanpun, tanpa kenal lelah dan tanpa batas usia, untuk terus meningkatkan kualitas diri kita, ilmu apapun yang penting bermanfaat dan maslahat demi mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

Firman Allah Swt.:

"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan" (QS. al-Qashash: 77).

Sabda Rasulullah Saw.:

"Barangsiapa yang ingin sukses di dunia maka hendaklah dengan ilmu, barangsiapa yang ingin sukses di akhirat maka hendaklah dengan ilmu, dan barangsiapa yang ingin sukses pada keduanya (dunia dan akhirat) maka hendaklah dengan ilmu" (HR. Bukhari-Muslim).

Yang tidak kalah penting adalah, sekecil apapun ilmu yang kita dapat, semoga bermanfaat untuk bangsa, negara dan agama kita, minimal bermanfaat untuk diri kita sendiri dan keluarga kita.

Sabda Rasulullah Saw.:

"Sebaik-baiknya manusia adalah yang banyak manfaatnya bagi orang lain" (HR. Bukhari).

Dan setinggi apapun ilmu yang kita dapat, semoga tidak membuat diri kita menjadi lupa diri, terlena, gelap mata dan sombong (takabbur). Setinggi apapun ilmu yang kita dapat, semoga selalu membuat diri kita tawaddu (rendah hati). Sebagaimana filosofi padi "semakin berisi, semakin merunduk".

AAMIIN..

Wallahu'alam..

Baca juga:

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "3 (Tiga) Tingkatan Penuntut Ilmu"

Posting Komentar